
Jakarta – Situasi di Bolivia semakin memanas. Nyaris 30 orang terluka dalam bentrok antara polisi Bolivia dan penunjang mantan presiden Bolivia Evo Morales.
Bentrokan itu terjadi pada Selasa (29/10) di kota Mairana, salah sesuatu dari banyak wilayah di mana para pengunjuk rasa telah memblokir jalan-jalan sejak 14 Oktober selaku bentuk solidaritas dengan Morales, dengan cita-cita sanggup menangkal penangkapannya.
Dilansir kantor informasi AFP, Rabu (30/10), Menteri Kesehatan Bolivia Maria Rene Castro mengatakan, sebanyak 29 orang terluka, seluruhnya kecuali beberapa dari mereka merupakan polisi.
Baca juga: Jadi Target Penembakan, Eks Kepala Negara Bolivia Tuduh Pemerintah Dalangnya |
Kepala polisi wilayah Santa Cruz, yang termasuk Mairana, mengatakan terhadap wartawan, bahwa polisi diserang oleh dua pengunjuk rasa.
Morales, yg memerintah Bolivia dari tahun 2006 sampai 2019, sedang diselidiki atas tuduhan pemerkosaan, jual beli manusia, dan penyelundupan atas praduga relevansinya dengan seorang gadis berusia 15 tahun pada tahun 2015.
Dia mengklaim tuduhan itu dibuat-bagi untuk mencegahnya kembali berkuasa. Basis pendukungnya yang sebagian besar yaitu penduduk asli, menyampaikan bahwa Morales yaitu korban persekusi aturan oleh Presiden Luis Arce, mantan sekutu yang sudah menjadi rival politik.
Baca halaman selanjutnya>>
Para penunjang Morales juga memprotes harga materi bakar dan makanan yg melonjak tinggi di negara Amerika Selatan itu.
Kebuntuan antara Morales dan Arce meningkat drastis pada hari Minggu dahulu, setelah Morales menuduh biro negara menjajal membunuhnya saat berkendara di bersahabat sentra kota Cochabamba.
Sebuah video yg diunggah di media lazim mengatakan truk pikap, yg ditumpanginya sarat dengan lubang peluru dan pengemudinya berlumuran darah di kepalanya.
Pemerintah mengatakan bahwa polisi menembaki kendaraannya setelah menerobos pos pemeriksaan, dan polisi memperoleh tembakan dari suatu kendaraan dalam konvoi Morales.
Pawai tersebut dengan cepat berubah menjadi kekerasan ketika pengikut masing-masing politisi bentrok di sepanjang rute, menyebabkan 26 orang terluka, termasuk patah tulang dan luka lainnya, menurut Kementerian Kesehatan.
Morales dan lebih dari 5.000 pendukung berangkat dalam perjalanan tujuh hari pada hari Selasa tetapi segera disambut di kota kecil Vila Vila oleh sekitar 1.000 pendukung Arce yang menghalangi jalan mereka.
Sebelumnya, pengunjuk rasa antipemerintah memblokir jalan-jalan di pinggiran ibu kota, La Paz, menyerukan pengunduran diri Arce karena salah urus ekonomi.
Para pendukung juga memblokir jalan menuju Danau Titicaca , yang dilalui oleh Bolivia dan Peru dan merupakan tujuan wisata populer.
“Pemerintah kita tidak kompeten dan tidak akan menyelesaikan krisis ekonomi,” kata Pablo Merma, seorang pemimpin petani dari kelompok Red Ponchos, aktivis pemberontak Pribumi dari dataran tinggi, yang termasuk di antara para pengunjuk rasa.