Jakarta – Pemerintah di sekarang ini sedang memburu target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lebih higienis dan berkelanjutan. Realisasi bauran EBT gres meraih 13,09% pada 2023. Angka ini masih berada di bawah target sebesar 17,87%.
Sementara pada semester I 2024, kapasitas pembangkit listrik EBT yg terpasang gres menyanggupi 66,6% dari target tahunan.
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 79 T ahun 2024 mengenai Kebijakan Energi Nasional (KEN), bauran energi EBT mesti menyanggupi minimal 23% pada 2025. Untuk meraih target tersebut, pemerintah mulai selalu mendorong pengembangan EBT, baik dari segi kapasitas terpasang, produksi, maupun konsumsi.
Apalagi pemerintah tengah menggodok rancangan peraturan pemerintah terbaru tentang KEN, dengan tentukan target yg lebih ambisius, adalah 60% baruan EBT pada 2050 dan sekitar 70% pada 2060.
Sebagai gambaran, buat keperluan pengembangan infrastruktur energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan sampai 2025, pemerintah setidaknya butuh investasi sebesar US$ 14,2 miliar atau sekitar Rp 22,78 triliun (kurs Rp 16.032 per US$). Kehadiran IPP menjadi vital untuk turut mempertahankan stabilitas fiskal, sebab mereka sanggup menawan investasi dari green bond atau green financing. Investasi keuangan yg aplikasinya secara khusus untuk proyek-proyek berkesinambungan dan inisiatif ramah lingkungan.
Untuk menyanggupi target tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkap rencana pemerintah bareng PT PLN (Persero) untuk menyusun Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2025 – 2035.
Skema ini akan menjadi landasan pemerintah dan PLN bagi melakukan pekerjaan sama dengan pengembang pembangkit listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP), sehingga segala pemangku kepentingan sanggup sedang pekerjaan secara maksimal bagi merealisasikan ketahanan energi nasional.
IPP ialah teman strategis pemerintah dan PLN dalam menentukan suplai energi yang andal, merata, dan berkesinambungan bagi mendukung perkembangan ekonomi dan kemakmuran masyarakat. Membawa Indonesia lebih erat dalam meraih tujuan energi terbarukan yg berkelanjutan, buat masa depan yg lebih hijau dan ramah lingkungan.
| Baca juga: Pertamina Geber Program Ubah Minyak Jelantah Makara BBM |
Peran IPP dalam menyediakan energi untuk keperluan publik akan menjadi lebih efisien dengan mendatangkan teknologi terbaru lewat beraneka ragam inovasi. Adopsi teknologi canggih dari IPP sanggup menekan ongkos bikinan listrik, sehingga berefek kasatmata pada tarif listrik yang mesti dibayarkan konsumen. Selain itu, menentukan pasokan listrik di Indonesia sanggup lebih stabil dan berkelanjutan.
Di segi yang lain, kerja sama ini akan menolong investasi dalam pembangunan infrastruktur pembangkit listrik EBT yg masih terbilang mahal. Jika cuma mengandalkan Aturan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tentu mulai tidak mengurangi beban fiskal negara.
“Ada kekurangan buat pembiayaan pembangkit Listrik EBT, dan fiscal space kami sudah sungguh terbatas sehingga susah untuk menyanggupi itu,” ujar Chatib Basri, Menteri Keuangan di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Jakarta, Rabu (18/12/2024). Menurut ia IPP sanggup mengimbangi kondisi di saat ini.
Menurut Chatib, lewat proyek-proyek IPP yg bersumber pada investasi swasta, pemerintah sanggup mengalokasikan APBN buat keperluan sektor yang lain. IPP juga sanggup menyokong Pemerintah dan PLN, selaku pengurus utama dalam metode kelistrikan nasional, dalam menyediakan listrik yg sanggup meraih seluruh pelosok negeri. Memastikan keperluan energi bagi mendukung perkembangan ekonomi sanggup terpenuhi.
Kondisi ini bikin kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta menjadi pilar utama dalam membangun infrastruktur energi terbarukan di Indonesia. Pemerintah dalam hal memperbaiki regulasi dan menyediakan insentif menarik, sementara sektor swasta sanggup berinvestasi dalam teknologi dan inovasi.
Investasi sektor swasta juga mulai memajukan potensi tercapainya perkembangan ekonomi8%, sesuai target Presiden Prabowo Subianto. “Pemerintah untuk memburu target 8% itu butuh energi listrik besar, IPP sanggup milik role di sini,” terang Chatib.
Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Kapital (BKPM) ini menambahkan, selain mempengaruhi ekonomi, proyek IPP juga berefek kasatmata dan secara eksklusif yg sanggup dinikmati publik. Sebab proyek pembangunan pembangkit listrik akan bikin lapangan kerja gres untuk ribuan pekerja di sektor energi. Kemudian, energi EBT yang lebih higienis dalam jangka panjang akan makin murah, sehingga tarif Listrik juga mulai mengikuti.
Pengembangan penemuan sektor EBT juga akan merangsang industri dengan bikin potensi rantai pasok dan manufaktur energi terbarukan. Dari bikinan sel tenaga surya, turbin angin, sampai elemen kendaraan beroda empat listrik. Kemudian menawan investasi bagi pembangunan keperluan EBT yg lain menyerupai jaringan transmisi, smart grid, atau penyimpanan energi hijau. Sedangkan di luar sektor industri pembangkit dan manufaktur, terdapat potensi besar bagi pembangunan ekowisata ramah
